Gara-gara Tampil Sexy dan Suka Pakai Rok Mini

foto cewek bugil www.nakal.org 35


Gara-gara Tampil Sexy dan Suka Pakai Rok Mini, Cerita Dewasa – Rostati masih duduk diam dan termenung di kelas pada sekolahnya. Rok abu-abu yang dipakainya terangkat samapai ( 7 ) Cm.. Sebab Rostati posisi duduknya sering sambil menyilangkan kakinya yang panjang semampai membentuk betis yang indah, meskipun terbalut kaus kaki putih setinggi lututnya. Bu Yanthi guru (IPA) biologinya memaparkan dengan gamblang tentang pentingnya sistem metabolisme tubuh dan memerlukan omega (3) 2 kali lebih banyak dari omega (6 )untuk mendapatkan kesehatan tubuh yang positif. Tetapi pikiran Rostati melayang-layang entah kemana, tangannya menyangga dan menahan dagunya yang malas untuk menengadah tegak sendiri, serasa semua energinya hilang hari itu.


Memang minggu ini adalah minggu yang sangat berat untuk Rostati . Dia baru saja berdebat hebat dengan Lailla sahabatnya sendiri yang juga masih satu sekolah. Pertengkaran mereka dikarenakan laki-laki yang disukai Lailla ternyata menyukai Rostati, sedangkan Rostati sejak dulu juga memang memendam perasaannya untuk pria yang sama, yaitu Wahyudhi
Rostati bersumpah untuk mempertahankan persahabatannya dengan Lailla dan mengesampingkan perasaannya demi sahabatnya itu. Baginya persahabatan lebih penting daripada pacar. Tetapi berbeda dengan Wahyudhi Dengan tanpa menyerah dia terus mendekati Rostati di sekolah untuk mendapatkan cinta teman sekolahnya. Hal itu membuat Lailla semakin marah dan kecewa kepada Wahyudhi dan Rostati . Rostati berusaha mati-matian untuk menghindari Wahyudhi walaupun sebenarnya dia menyesal kenapa sahabatnya bisa suka pada pria yang sama.
“ Ros.. lo kenapa?“ Rica teman satu kelasnya menghentikan Rostati lamunannya. Memang selain Lailla , Rostati juga berteman dengan Micka Karena Lailla beda kelas, jadi dia menjadikan Rica sebagai temannya juga walaupun tidak sedekat dia dengan Lailla
“Gak apa-apa ka, aku cuma lagi gak konsen aja“ “Kok lo pucet sih? Lo sakit ya? Mau aku anter ke ruang BP?
“Gak ka, aku cuma gak konsen aja kok. Tau nih pelajaran ngeBTin banget! Gara-gara omega 3 aku harus banyak makan ikan deh…“ celetuk Rostati berusaha ceria. Dia tidak mau masalahnya sampai tersebar dan diketahui Rica dan yang lainnya.
“Serius lo gak apa-apa? aku punya air mineral nih, kalo lo mau… Lumayan buat melekkin mata, bentar lagi dah mau pulang biar lo segeran dikit” Rica menawarkan dengan tulus kepada teman sekelasnya itu. Rostati pun langsung mengambil sebotol air mineral yang ditawarkan Ika, memang dia haus dan jenuh dengan keadaannya sekarang. Langsung Rostati menyeruput botol mineral Rica dan mengosongkan seperempat dari setengah isi botol itu yang langsung menyegarkan kerongkongannya. “Thanks ya Caa… sumpah, jadi seger lagi gue..“
“No problemo” kata Rica tersenyum dan mengambil botol yang ada dari tangan Rostati . Rostati pun kembali menatap Bu Siska dan mencoba keras memperhatikan ke papan tulis yang isinya menjelaskan klasifikasi omega 6 dan makanan apa yang harus dihindari dan tidak perlu banyak dikonsumsi.
Lima menit kemudian bel sekolahpun berteriak memerintahkan bahwa pelajaran hari ini selesai, serentak seluruh murid di kelas III IPA 4 membereskan buku-buku mereka dan buru-buru menjejalkan kedalam tas sekolah mereka masing-masing.
“Ayo Ros..kita ke parkiran bareng…” ajak Micka Memang sesudah seminggu bermusuhan dengan Lailla , Rostati selalu pulang bareng Micka Walaupun tidak betul-betul pulang bareng, paling tidak Rostati punya teman untuk jalan ke parkiran sekolah. Semenjak ulang tahunnya yang ke 17 dua bulan yang lalu, papanya menghadiahkan mobil Honda Jazz untuknya. Dan selama 2 bulan terakhir dia selalu menyetir sendiri setiap sekolah dan dengan senang hati menawarkan untuk mengajak dan mengantar Lailla walaupun hanya untuk hang out atau sekedar pulang. Hampir setiap hari mereka pulang bareng, Lailla pun sengaja menyuruh supirnya untuk tidak menjemputnya. Tetapi seminggu terakhir ini, Rostati selalu pulang sendiri. Buat orang seceria Rostati , akan sangat menyedihkan untuknya kalau pulang sendiri.
“Lo duluan deh Ka, aku mau toilet, cuci muka dulu… Suntuk banget nih, entar gak konsen lagi nyetirnya…“ Tolak Rostati halus. Dia memang berniat untuk ke toilet sebelum pulang. Mungkin sepercik air bersih bisa menyegarkan pandangannya yang semenjak seminggu ini selalu layu.
“OK deh… see you…“ sahut Rica sambil berlalu.
Sepeninggal Micka Rostati berjalan menuju toilet yang berada di sudut sekolah di lantai 2. dia berusaha bersemangat agar bisa segar cepat langsung meluncur ke rumahnya dan istirahat untuk menjalani hari esok yang akan sama menjenuhkannya tanpa Lailla ada disampingnya. Rostati menuju ke toilet booth paling ujung karena tampaknya seluruh booth penuh terisi oleh murid-murid yang lain. Entah kenapa hatinya sangat hampa dan seluruh perasaannya kosong tak bergairah hari ini. Dengan lunglai ia mengunci pintu toilet dan menuju wastafel untuk mengguyur mukanya dengan sedikit air. Air segar langsung menyiram wajahnya. Rostati berusaha untuk tetap terjaga dan melebarkan matanya agar tidak sayu. Tetapi kedua matanya seolah tidak berkompromi. Rostati merasa badannya lemas luar biasa dan kepalanya pusing tidak tertahankan. Sambil terhuyung dan berusaha keras dia memegang kedua sisi wastafel menahan berat badannya sendiri. Tetapi perasaan aneh membuat lututnya lemas dan seolah-olah berat badannya bertambah 10 kali lipat, Rostati pun jatuh tak sadarkan diri di lantai wastafel.
Entah berapa lama Rostati pingsan di toilet perempuan itu. Tetapi begitu sadarkan diri, dia masih tetap di toilet tak berpindah sedikitpun. Rupanya tidak ada satu muridpun yang menyadari bahwa Rostati pingsan di toilet. Dengan kepala berat Rostati melirik jamnya yang melingkar diam di tangan kirinya. Sudah jam 15.00. Memang sekolah swasta tempat Rostati belajar, kegiatan operasional dimulai dari jam 07.00 pagi sampai jam 12.30 siang. Dan gerbang akan ditutup pada jam 14.00. Tidak ada kelas siang di sekolah tersebut. Otomatis hal ini menyadarkan Lailla bahwa dia sendirian di gedung sekolah ini. Tidak betul-betul sendirian sebenarnya. Ada pak Darman penjaga sekolah yang memang tinggal di dalam gedung sekolah khusus untuk menjaga dan membersihkan sekolah. Rostati pun menjumput tas sekolahnya dan berjalan menelusuri koridor toilet untuk menemui pak Darman Barangkali dia bisa membukakan gerbang sekolah untuknya. Sambil merogoh tas mencari kunci mobilnya, sebelum mencapai pintu toilet, tiba-tiba daun pintu ditarik terbuka dari luar dan muncullah empat orang pemuda yang juga masih berseragam sekolah. Rostati berusaha mengenali mereka, tetapi dia sama sekali tidak punya petunjuk siapa mereka.
“Akhirnya ketemu juga… dicari-cari dari tadi. aku bilang juga apa kan Beny dia pasti masih di dalam. Mobilnya aja masih ada di parkiran“ kata salah satu dari mereka yang badannya tinggi jangkung yang berwajah Indo-Pakis. Rostati bisa mengenali karena untuk anak laki seumuran dia bulu-bulu halus sudah tumbuh di bawah hidungnya yang mancung di atas rata-rata orang pribumi.
“Iya… aku pikir dia mungkin nebeng temennya“ jawab Beny yang ternyata ada paling depan di antara mereka berempat. Beny juga tinggi dan wajahnya tak kalah tampannya dengan yang pertama bicara. Alis mata Beny sungguh tebal, hidung mancung dengan kulit yang lumayan putih untuk ukuran laki-laki.
“Eh, sorry… tapi toilet anak laki ada di bawah. Ini toilet anak perempuan” Jawab Rostati polos. Dia berusah ramah terhadap sekelompok pemuda itu.
“Halo Rostati … pa kabar?“ sahut salah satu mereka. Rostati tampak terperanjat, kenapa mereka tahu namanya.“Siapa ya? Kok aku gak kenal sama kalian semua? Bukan anak sekolah sini kan?” Rostati masih berusaha ramah seolah ini adalah percakapan biasa yang pantas antara seorang gadis dengan sekelompok anak laki-laki di koridor toilet perempuan.
“Lo emang cantik banget… ramah lagi. Pantesan Wahyudhi naksir banget sama lo. Ya tidak Daviz?” timpal si Indo-Pakis sedikit menyeringai. Rostati mulai tidak suka dengan perlakuan mereka. Dan kenapa ada Wahyudhi yang terlibat dalam percakapan ini.
“Emang Wahyudhi gak salah pilih! Renata aja kalah sama lo Re” jawab Daviz yang Rostati nilai tidak kalah gantengnya dengan yang lain. Daviz berperawakan tinggi dan lumayan atletis. Wajah oriental Indo juga menghiasi mukanya. Indo mana? Rostati tidak bisa memprediksi.
“Eh, siapa sih kalian? Kok kenal aku sama Wahyudhi …” Nada suara Rostati sedikit panik karena dia sekarang merasa terpojok.
“Kita-kita dateng kesini cuma mau nyulik elo… Jangan tersinggung ya… tapi kayanya aku mau lebih dari nyulik… tul gak guys?” Jawab Beny santai seolah ini adalah pernyataan yang normal. Dan teman-temannya di belakangpun mengiyakan dengan kompak sambil menunjukkan mimik seperti orang haus dan berseringai.
“Eh jangan becanda dong… jangan sampe aku teriak” ada nada panik disuara Rostati . Dengan reflek Rostati merogoh tasnya. Tangannya yang tadi di dalam tas untuk mencari kunci mobil sekarang berubah untuk mencari handphonenya dengan gugup. Mungkin dia bisa menekan speed dial untuk menelepon siapa saja agar bisa mendengarnya walau dari dalam tas.
Tetapi terlambat. Beny mengetahui gelagatnya dan segera merampas tas Rostati dan melemparnya jauh-jauh ke dalam toilet. Sedetik kemudian semua buku-buku, kunci mobil, handphone dan make up Rostati berhambur keluar. Ada sesuatu yang terdengar pecah disana. Rostati melengos. Apa itu Hpnya. Atau mungkin salah satu alat kosmetiknya.
“Mau telpon siapa say…“ kata Beny sambil memegang tangan Rostati dengan mendekatkan seringai dan mukanya tidak lebih dari 2 centimeter dari muka Rostati .
Rostati tahu, ini saatnya dia lari atau kabur. Cari pertolongan, teriak atau menangis minta belas kasihan. Tetapi hatinya merasa ini bukan saatnya untuk berkompromi lagi. Dengan sekuat tenaga dia menghentakan kakinya menginjak kaki Beny yang sangat dekat dengan kakinya. Beny pun melepas pengangan tangannya dan megaduh memegang kakinya sendiri. Tidak menyia-nyiakan kesempatan. Rostati pun langsung berlari menuju pintu toilet menerobos sekelompok pemuda itu. Merekapun berusaha menahan Rostati , tetapi entah kenapa Rostati bisa mencapai pintu dan menarik daunnya, membuat pintu terbuka dan berlari keluar sekencang mungkin. Rostati berbelok menuju ke tangga untuk turun ke bawah. Dia tidak punya kunci, dia juga tidak punya HP untuk menelepon siapa saja minta tolong. Rostati berlari sekencang mungkin, dia tidak berani menengok ke belakang. Dia Cuma berharap ini adalah mimpi buruk. “Bangun Ross!” teriaknya dalam hati berharap sesuatu akan terjadi. Tetapi dia tetap menemukan dirinya masih berlari dan terus berlari.
Tiba di gerbang dia mendapati gerbang itu sudah terkunci dari dalam. “Oh tidak!” seru Rostati dalam hati. Rostati memutar otak. Pak somad! katanya lagi. Mungkin dia bisa ke tempat Pak Darman untuk minta tolong. Rostati pun membalikkan badannya. Dia lihat tak jauh dari tempatnya 4 orang pemuda berseragam putih abu-abu sedang berlari kencang ke arahnya. Sejurus kemudian Rostati berlari membelokkan badan menuju ke tempat pak Darman Pak Darman tinggal di belakang sekolah dan Rostati pun tahu jalan memutar menuju ke tempat pak Darman Dia memberanikan diri menoleh ke belakang. Keempat pemuda itupun masih mengikutinya. Jantung Rostati berdegup kencang. Dia tidak boleh lemah. Dia bisa berlari kencang.
Setiba di tempat pak Darman Rostati mendapati pintu rumah sudah terbuka. Dilihatnya ke dalam. Terlihat pak Darman sedang tertidur di tempat duduknya. Secangkir kopi, sebungkus rokok dan sepiring roti donat ada di meja di depat pak Darman terlelap. “Thanks God” seru Rostati dalam hati. Dengan keras dia mengetuk pintu membangunkan pak Darman
“Pak Somad… pak…, bangun pak tolong saya!!” tanpa permisi Rostati masuk ke dalam rumah dan mengguncang tubuh pak Darman berharap dia akan bangun dari tidurnya. Tetapi pak Darman tak bergeming sedikitpun. “Pak… pak Somad! Bangun pak!! Tolong saya pak… ada orang yang mau mencu…” sambil mengguncangkan dan membangunkan pak Darman Rostati menunjuk dan menoleh ke luar seolah-olah ingin menunjukkan ada orang jahat yang mau menculikntya. Tetapi di arah Rostati menunjukkan jari telunjuknya, keempat pemuda tersebut sudah berdiri berjajar dengan tenangnya sambil melipat tangan seolah-olah mereka berpose untuk suatu pemotretan. Rostati merasa keadaan sudah sangat buruk.
“Ngapain say… pak somadnya lagi tidur… jangan dibangunin… kasihan dong… kan udah capek kerja seharian..” lagi-lagi Beny yang berkata. Dengan santai dia masuk ke dalam dan mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. Seperti obat kapsul berwarna biru muda. Beny membuka kapsul itu dan menuangkan isinya ke dalam cangkir kopi pak Darman Rostati pun mengerti. Pak Darman sedang tak sadarkan diri.
“Kok gak ngenalin sih say… kamu kan tadi minum ini juga… lupa ya?” masih sambung Beny. Rostati ingat, tadi dia sempat tak sadarkan diri.
“Tapi… gimana caranya??” jawab Rostati pelan tak bernada. Dia bingung kapan dia meminum obat tersebut.
“Duh, kaya investigator aja deh kamu… kasih tau deh Zack…“ sahut Beny dengan malas dan orang yang bernama Zacky itu pun menyahut. Ternyata orang keempat yang dari tadi Rostati tidak mengetahui itu namanya Zacky, Rostati pun mulai memperhatikan keempat orang tersebut. Mereka sungguh laki-laki yang wajahnya di atas rata-rata. Semuanya berpenampilan ok dan tampan.
“Tadi kita titipin ke Rica…” sahut Zacky sedikit santai. Rostati pun seperti tersambar petir, dia kaget luar biasa. Tidak di sangka temannya sendiri menjebaknya.
“Kenapa…” seru Rostati tanpa sadar. Dia terbengong. Di kepalanya sekarang menari-nari wajah Rica sambil tersenyum licik kepadanya.
“Gimana say… mau ikut kita. Kalo kamu nurut, semuanya akan baik-baik saja..” Beny dengan santai meraih tangan Rostati menggandeng gadis itu. Rostati tersadar, tanpa berlama-lama dia menepis tangan Beny dan mendorong Beny berharap dia akan pergi jauh-jauh meninggalkannya. Beny terdorong mundur 3 langkah. Wajahnya menunjukkan perasaan marah. Sedetik kemudian Beny melangkah maju kedepan dan PLAK!
Rostati tersungkur jatuh menerima tamparan keras di pipi kirinya, terjerembab menabrak meja pak Darman cangkir kopi pak Darman jatuh dan pecah sesudah mengguyur badan Rostati menumpahkan isinya ke seragam putih Rostati dan menembus kedalam kulitnya menunjukkan gundukan kembar Rostati yang tersiram, memetakan garis bra Rostati yang berwarna hitam sehitam air kopi yang mengguyurnya. Pipi kirinya terasa panas dan perih. Perutnya sakit sehabis menghantam tepi meja pak Darman sekarang, perasaan kalut menguasai hatinya. “Bagaimana ini…” dalam hati Rostati . Kemudian Rostati merasa badannya diangkat ke atas dipaksa berdiri oleh tangan Beny Rostati pun berdiri. Tangannya tak sengaja mengelus pipi kirinya yang perih. Beny melihat setitik darah mengalir dari pinggir bibir Rostati . Lalu Beny menghapus darah itu dengan punggung tangannya. Rostati berusaha mengelak, sehingga darah itu masih meninggalkan bekas di sisi bibir Rostati .
Rostati tidak menangis walau rasanya perut, pipi dan hatinya sakit dikhianati. Dia tidak mau terlihat lemah di depan keempat pemuda tersebut.
“Sorry ya say… abis kamunya gitu sih… Kita cuma mau bawa kamu doang kok…” Sahut Beny sambil membelai rambut Rostati mesra seolah-olah seorang kekasih bicara kepada gadisnya. Rostati benci nada suara itu. Dia memutar otaknya. Bagaimana dia bisa keluar dari masalah ini.
“Tolong… jangan ganggu gue…Gue.. aku bakal bayar…bayar tiga kali lipat dari orang yang bayar lo..” dengan terbata-bata Rostati mencoba untuk bernegosiasi kepada Beny.
“Engga bisa gitu dong say… emang kamu pikir kita-kita ini orang yang butuh uang. E tidak sayang…lagian ini udah termasuk urusan perasaan…all right guys?” Beny bertanya ke teman-temannya dan sekali lagi mereka mengiyakan dengan kompak.
Rostati pun merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk dirinya. Dia juga mendiamkan Beny yang meraih tangannya dan menggandengnya keluar. Dengan menurut Rostati berjalan keluar. Sesampai di luar tak jauh dari pintu rumah pak Darman. Rostati kembali menghempaskan tangannya dan berusaha melepaskan diri berlari. Kaget dengan pegangannya, tanpa sadar tangan Rostati sudah terlepas dari Beny Rostati pun kembali berusaha berlari. Namun Daviz, Zacky dan si Indo-Paskin dengan cekatan mengejar Rostati . Dengan perut yang masih sakit, Rostati tidak bisa berlari sekencang tadi. Tapi dia terus berlari. Dia tidak berani melihat ke belakang. Dan tidak lama kemudian dia merasa bajunya dipegang dan ditarik dari belakang. Tetapi Rostati tetap berlari berharap tarikan baju itu akan terlepas. Tetapi pegangan itu begitu kuat dan kencang sehingga merobek baju belakang seragam Rostati . Rostati pun kembali jatuh terjerembab di rumput belakang sekolahnya. Terjatuh tertelungkup. Dia coba untuk bangun tanpa menghiraukan bajunya. Tetapi tiba-tiba dibelakang tubuhnya ada yang menindih dan menahannya untuk tetap berada terlungkup di rumput.
“Lepasin gue!.. Lepasin!!! TOLONG!! TOLONG!!!” teriak Rostati berusaha berontak. Sedetik kemudian tangan kasar membalikan badannya dengan kuat. Di lihat Beny berada di atasnya. Dan PLAK!! PLAK!!
Dua tamparan kembali dihadiahkan di pipi kanan dan kiri Rostati . Kembali Rostati merasa seperti di hantam dengan benda yang sangat keras di kedua pipinya. Rostati merasa seakan rahangnya ikut terlepas setelah tamparan kedua itu mendarat di pipinya. Beny masih menindih Rostati yang sudah terlentang. Dengan geram dia mencekik leher Rostati . Rostati tidak bisa mengelak lagi. Dia merasa akan mati. Dia tidak bisa bernafas. Dia juga tak bisa bicara. Tangan Rostati dengan segera memegang tangan Beny mencoba melepaskan cekikannya. Kakinya menendang-nendang rumput di bawahnya. Muka Rostati sudah memerah. Sungguh satu menit yang menyiksakan setelah dengan tiba-tiba Daviz mengingatkan Beny untuk melepaskan cekikannya.
“Beny, Gila lo… bisa mati dia!! Lepasin!” Lalu Beny tersadar dan melepaskan cekikannya. Rostati pun terbatuk-batuk. Lega dia bisa bernapas lagi, meskipun kalau boleh memilih dia mau langsung tertidur, mati… atau pingsan dan bangun di tempat yang jauh dari sini. Selamat dan hidup normal lagi.Ti ba-tiba Beny bangun dari tubuh Rostati dan menarik Rostati untuk berdiri. Rostati pun terbangun.
“Sam, pegangin dia! Biar dia tidak kabur lagi!” si Indo-pakis langsung bergerak memegang Rostati , rupanya dia bernama Sam. Beny kembali melihat ada sebersit goresan yang mengeluarkan darah di pelipis kanan Rostati . Rupanya Rostati tergores ke Rostati jatuh tadi. Dan sedetik kemudian Beny menarik seragam putih Rostati dan langsung merobeknya terbuka tepat di dadanya. Kancing seragam Rostati pun terlepas semua saking kencangnya robekan tangan Beny Spontan buah dada Rostati yang masih terpampang memperlihatkan isinya kepada keempat pemuda tersebut. Rostati segera berusaha menutup dadanya dengan menyatukan robekan seragamnya. Tetapi Saman dengan cepat meraih tangannya menekuknya ke belakang sehingga Rostati tidak bisa berkutik lagi. “PLAK!”
Tamparan sekali lagi mendarat di pipi kiri Rostati , darah segar kembali mengalir dari tepi bibir Rostati .“Jangan ngelawan lagi dong sayang…aku udah capek nih main lari-larian…!” Kata Beny Ada nada mengancam di sana. Beny memandang buah dada Rostati . Lalu dia meraih rok abu-abu Rostati . Rostati pun berusaha menghindar, tetapi pegangan Saman sungguh kuat sehingga dia tidak bisa mengelak lagi. Dengan kasar Beny merobek rok Rostati dari bawah ke atas. Belahan panjang terobek tepat di tengah-tengahnya sehingga memperlihatkan celana dalam hitam Rostati . Kaki Rostati yang jenjang pun ikut terpamerkan seperti dada dan perutnya. Kembali Beny mengoyak rok abu-abu Rostati , kali ini tempatnya di sisi kiri yang dapat memperlihatkan paha Rostati yang putih mulus. Rostati sekarang merasa bahwa sekarang seragamnya tidak bisa melindunginya dari keterlanjangan. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Say bagus banget sih bodynya…” Seru Daviz tiba-tiba mendekat dan memegang buah dada kiri Rostati yang menggantung indah meskipun masih tertutup pembungkusnya.
“Iya ya… si Wahyudhi bener-bener pinter pilih cewek” Saman ternyata mengambil kesempatan memegang buah dada Rostati yang sebelah kanannya. Tetap Rostati tidak menangis dalam keadaan seperti ini. Dirinya sudah hampir telanjang. Pipinya panas, pelipisnya perih, perut dan hatinya sakit memikirkan kenapa Wahyudhi dan Rica bisa sejahat itu padanya.
Lalu Beny mendekat. Dia mendekatkan tangan kanannya ke tubuh Rostati . Rostati langsung memejamkan mata, mengira Beny akan menamparnya lagi. Dia sudah tidak tahan lagi dengan tamparan Beny Tetapi ternyata Rostati salah terka. Beny meletakan tangannya di kemaluan Rostati yang masih terbungkus celana berbahan silk tipis yang mempesona.
“Ros… masih perawan gak??” tanya Beny sambil mengelus kemaluan Rostati . Rostati terdiam. Dia merasa pertanyaan itu tidak untuk di jawab. Lalu Beny menampar Rostati lagi. Lalu menjambak rambutnya dengan tangan kirinya membuat kepala Rostati menengadah sementara tangan kanan Beny masih meraba benda kehormatan Rostati .
“Jawab say!” kata Beny dengan nada tetap halus. Rostati bingung kenapa orang seperti Beny bisa berbuat kasar tetapi berkata halus. Hal itu membuat Rostati semakin panik.
“I iii iiya…!“ jawab Rostati gemetar.
“SHIT!!“ serapah Beny sambil melepas pegangannya menjauh dari Rostati .
“Kenapa bro? bukannya harusnya kita seneng?” timpal Zacky bingung.
“Bukan gitu Zack!!! Perjanjiannya, kalau dia udah engga perawan lagi kita boleh make. Tapi kalo masih, kita gak boleh make dia”
“Kenapa gitu?! Kok perjanjiannya tolol banget!” timpal Daviz yang juga kecewa dengan keputusan Beny.
“Itu udah kontraknya sama dia!! Orang yang nyuruh kita itu gak mau ngambil keperawanan Rostati . Tapi kalo emang udah tidak perawan lagi baru kita bisa make dia!”
“What the hell… I’ll fuck her! We’ve been this far!!” seru Daviz kembali.
“No way bro… that’s the deal!!” Beny berseru.
“Fuck the dea!!. I’m still gonna fuck this girl..!!” Saman nampaknya tak mau ketinggalan argumentasi. Hal ini memberikan kesempatan pada Rostati untuk mencari celah melarikan diri. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya Rostati menhentakkan kakinya lagi menginjak kaki Saman yang menguncinya. Saman pun terkejut kesakitan pada telapak kaki kanannya yang di injak Rostati . Saman melepaskan pegangannya, sejurus kemudian Rostati kembali berlari. Dia terus berlari menuju gerbang depan. Atau mungkin dia akan bersembunyi ke dalam salah satu kelas. Terus sembunyi sampai ada kesempatan untuk menuju gerbang depan walaupun sampai malam. Seragam Rostati yang sudah robek parah berkibar di belakang mengiringi pelariannya. Rostati masih tidak berani menengok ke belakang. Lalu dia melihat satu kelas yang pintunya terbuka. Rostati masuk ke kelas itu dan langsung menutup pintunya. Tetapi sebelum pintu tertutup, seseorang mendorong keras dari luar membuka pintu dan pintu itu terjeblak keras terbuka menghantam wajah Rostati . Rostati kembali terjatuh. Lalu dia melihat Beny berada di bingkai pintu. Rupanya dia berhasil mengejar Rostati , dan ke Rostati Rostati menutup pintu, dengan kasar Beny mendorong pintu itu sehingga Rostati yang berada di baliknya terhantam keras tepat mengenai hidungnya. Dengan sadar dia meraba hidungnya. “Sakit…“ Katanya dalam hati. Setetes darah berhasil menempel di buku jari telunjuk Rostati . Hidungnya sepertinya patah. Rostati merasa panas dan sakit yang teramat dalam di hidungnya. Masih dalam posisi terduduk jatuh. Dengan murka Beny menarik Rostati bangkit dari lantai keras dan menhempaskan tubuh Rostati ke meja terdekat. Kembali perut Rostati menghantam tepi meja. Ini lebih sakit dari tamparan-tamparan di pipi yang diberikan Beny tadi. Rostati terhuyung jatuh ke bawah. Perutnya terasa berat dan mual. Rostati melingkar tersimpuh menekan perutnya, berusaha menahan rasa sakit yang teramat sangat. Sedetik kemudian dia memuntahkan sesuatu. Tepat didepan matanya, darah segar keluar dari mulutnya yang mungil itu. Rostati pun tetap bersimpuh di lantai kelas. Dia tidak sanggup untuk berdiri.
Kemudian, Beny menarik dagu Rostati yang tertunduk membuat dia menengadah menatap Beny Dia melihat keempat pemuda itu sudah ada di hadapannya lagi. Beny melihat setitik air mata tercetak di mata Rostati . Bukan air mata sedih dan takut yang dikeluarkan Rostati . Tetapi air mata menahan sakit di perutnya.
“Cantik juga ya kamu… kalau kaya gini…” senyum Beny menyeringai sambil menghapus aliran darah yang mengalir di dagu Rostati .
“Kalo seandainya kamu nurut sama aku, gak bakal jadi begini sayang…”
“Tolong… jangan ganggu gue.. tolong, jangan perkosa gue. aku masih perawan…”
“Perjanjiannya udah berubah sekarang sayang… kalau kamu seandainya nurut, mungkin aku akan membela kamu biar gak usah diperkosa rame-rame… sekarang kamu engga ada pilihan lagi say…”. Rostati masih belum mau menyerah dengan kenyataan ini. Dengan melupakan rasa sakit diperutnya yang teramat sangat, dia kembali mendorong tubuh Beny sehingga menubruk teman-teman Beny yang tepat berada di belakangnya. Lalu dengan langkah seribu dia berlari kearah pintu menuju gerbang sekolah. Dia terus berlari. Entah kekuatan darimana tetapi dia memacu kakinya untuk terus berlari.
Tiba di gerbang, Rostati menggedor-gedor gerbang dengan keras.
“TOLONG… TOLONG!!!!“ katanya kuat-kuat. Lalu Rostati menoleh ke belakang dan di lihatnya keempat pemuda itu sudah semakin dekat. Rostati kembali berputar untuk berlari. Dia tahu dia harus terus berlari. Menoleh sebentar kebelakang memastikan dia cukup jauh untuk bersembunyi dan tiba-tiba tanpa sadar, kakinya terantuk keras ke tiang penyangga rantai parkir dan terjatuh keras ke lantai aspal parkiran sekolahnya. Langsung saja, denyut kesakitan yang luar biasa di lutut Rostati hampir mengaburkan pandangannya, berkunang-kunang sebentar kaki Rostati terasa sakit bukan kepalang. Rostati memegang kakinya. Bagaikan tertiban batu besar yang meremukkan kakinya, Rostati merasa bahwa lututnya menyiksanya. Matanya langsung berair mencoba menahan sakit. Rostati merintih menggigit bibirnya sendiri sambil memegang lututnya. Ke Rostati dia coba untuk bangkit berdiri. Lutut dan tulang keringnya serasa tidak bersahabat. Rostati terjatuh lagi.
“Ha.. ha.. ha…“ Terdengar tawa keras yang sangat dekat. Di depannya Beny dan teman-temannya sudah berdiri tepat mengelilingi Rostati . Rostati sangat takut kalau Beny akan memukulnya lagi. Dia sudah sangat kesakitan. Tetapi dia tidak bisa berlari lagi. Dia merasakan kaki kanannya yang terantuk tiang sepertinya patah dan tidak bisa diajak untuk berlari.
“ Rostati … kok bisa jatuh? Engga liat jalan ya say…!” Belai Beny di rambut Rostati mengikuti cemoohannya. Rostati sudah sangat ketakutan sekarang. Beny mulai menggerayangi Rostati yang sudah tidak berkutik lagi walaupun tak ada Saman yang memeganginya dari belakang. Rostati berusaha menyeret tubuhnya mundur menghindari keempat orang tersebut walaupun dia tahu hal itu tidak akan membantu banyak. Tiba-tiba Beny menjenggut kasar rambut Rostati dan menjambaknya keras. Sementara tangan kanan Beny menekan keras lutut Rostati dimana warna biru kemerahan sudah membilur pucat mengotori warna putih mulus di sana.
“Acchh…!” Rostati mengerang kesakitan. Seakan Beny tidak menghiraukan Rostati dan ingin membuatnya sakit lebih dalam lagi, Beny terus menekan kuat lutut Rostati yang sudah membiru kehitaman. Air mata mengalir deras di pipi Rostati menahan sakit yang teramat sangat di kakinya yang membiru. Dia sadar sudah tidak ada jalan keluar lagi.
“Sakit ya say…?” Tanya Beny mesra, sementara ketiga temannya tersenyum puas. Merasa mangsanya sudah tidak bisa berkutik lagi. Mereka senang tidak ada adegan kejar-kejaran lagi.
“Tapi kamu tambah cantik kalau kesakitan gini…!” sambung Beny lagi. Rostati merasa jijik dan marah terhadap keempat orang tersebut. Tetapi yang pasti sakit di kaki ini tidak seberapa dibanding sakit hatinya terhadap Rica dan Wahyudhi Kenapa mereka berdua begitu tega bersekongkol untuk menyakitinya. Dia tidak mengerti apa salahnya kepada Micka Dan mengapa Wahyudhi bisa berbuat sejauh ini karena penolakannya.
Tiba-tiba Rostati merasakan tangan Beny sudah berpindah dari lutut naik ke daerah sensitif segitiga Rostati . Kali ini dia menarik celana dalam Rostati . Menurunkannya kebawah sehingga celana dalam itu merosot ke bawah menunjukkan kemaluan Rostati dengan jelas. Berusaha untuk terus sadar. Rostati merasakan sakit kembali di lututnya ke Rostati celana dalamnya ditarik paksa dan mengenai kakinya yang jenjang. Rostati sadar dirinya sudah setengah telanjang saat seragam putih abu-abunya dirobek paksa oleh keempat pemuda tersebut. Tapi sekarang, tanpa pembungkus segitiga itu, Rostati merasa sudah telanjang bulat meskipun seragam compang-campingnya masih tersanggah di badannya walaupun tidak bisa menyembunyikan sempurna seluruh anggota badannya.
“Tolong… Beny…jangan perkosa gue… aku akan kasih apa aja yang lo mau asal jangan perkosa gue… tolong…” Seru Rostati memelas.
“Wah, dia udah tau nama lo Beny… Ha…ha…haa…ternyata cewe ini udah kenalan ma lo ya Beny?!” Celetuk Daviz tepat di samping. Ada air mata menetes tepat di dada Rostati yang terbuka. Beny menyeka air mata itu sambil berusaha membuka bra hitam yang Rostati kenakan hari itu.
“Tolong… Beny,…jangan!” mohon Rostati sambil memegang tangan Beny yang berusaha melepas bra-nya dengan kedua tangannya.
“Sebutin aja angkanya, aku bakal usahain…Tapi jangan perkosa gue… please…” Rostati mengiba dengan berlinangan air mata. Tetapi rupanya Beny tidak merasa kasihan dengannya. Lalu Beny menghempaskan tubuh Rostati kembali ke tanah. Sejurus kemudian, Beny mulai membuka ikat pinggangnya, membuka celananya mengeluarkan kemaluannya yang ternyata sudah tegak menjulang. Rostati sungguh ketakutan. Dia terus berusaha menyeret badannya mundur. Tetapi Beny dengan tenang menindih Rostati , gelagak tawa melatarbelakangi adegan ini. Beny kemudian menciumi bibir Rostati dengan lembut dan sopan seolah ini adalah ‘malam pertama’nya. Dengan sekuat tenaga Rostati menghindari ciuman itu.
Tetapi dia sudah tidak berdaya lagi. Beny sekali lagi mulai menggerayangi dan menjamahi tubuh lemas Rostati . Dia bahkan menciumi tengkuk dan telinga Rostati .
“Kan udah aku bilang sayang… sekarang tuh udah bukan urusan duit perasaan, tapi urusan hati. Aku gak butuh uang kamu kok… uangku juga banyak. Aku cuma mau membagi dan merasakan cinta untuk kita berdua…“ Darah Rostati berdesir ke Rostati dirasakan benda tumpul dan kenyal sudah menempel di kemaluannya yang sudah telanjang, memaksa masuk ke liang kehormatannya. Rasa takut dan putus asa mulai menguasai Rostati . Akal sehatnya hilang. Air matanya mengalir deras menahan sakit di sekujur tubuhnya ke Rostati tiba-tiba seseorang dari belakang menarik Beny ke atas dan meninjunya keras sehingga Beny tersungkur. Tanpa memberi ampun. Laki-laki itu terus memukuli dan menendangi Beny yang terjatuh dengan kepalan tangan dan kakinya ke segala arah di seluruh badan Beny Menendang perutnya sangat keras. Rostati tidak bisa melihat siapa orang itu. Tetapi dia bisa melihat Beny memuntahkan darah segar ke Rostati orang itu menendang perutnya. Sesaat kemudian Zacky Saman dan Daviz mulai tersadar dari bengongnya dan segera menolong Beny dengan menarik orang itu dan menguncinya untuk tidak berkutik lagi. Rostati akhirnya melihat siapa dia.
“ Wahyudhi …“ katanya dalam hatinya. Tanpa sadar dia menarik dan memakai lagi celana dalamnya. Sedetik kemudian dia hanya bisa terbengong melihat kejadian Wahyudhi di bekuk oleh ketiga teman Beny. Beny pun mulai bangkit berdiri. Memakai celananya kembali, menyeka bibirnya yang bersimbah darah dengan punggung tangannya. Buku-buku jarinya mengepal dan membentuk tinju. Kemudian dia sedikit berlari menghampiri Wahyudhi dan meninjunya keras-keras. Wahyudhi tidak tersungkur karena dipegangi ketiga teman Beny tetapi Rostati melihat Wahyudhi tertonjok telak dan langsung mengeluarkan darah di salah satu lubang hidungnya.
Wahyudhi berusaha melawan. Tetapi ketiga pegangan pemuda itu sungguh kuat menguncinya.
“SIAPA LO?!!” teriak Beny marah. Tangannya tetap terkepal membentuk tinju yang Rostati yakin sangat menyakitkan kalau terkenanya.
“Eh Pengecut! Kalo Berani Satu Lawan Satu. Jangan Keroyokan Gini! Dasar Banci Lo!!! Cuih!!” Wahyudhi pun tak kalah geramnya sambil meludahi Beny dengan segala keberaniannya.
Seakan tersambar petir, Rostati menyadari kalau mereka tidak mengenali Wahyudhi Berarti mereka bukan suruhan Wahyudhi Rostati sungguh menyesal mengapa dia sempat menyalahi Wahyudhi Ternyata Wahyudhi datang untuk menolongnya.
Rostati tahu kalau saat Wahyudhi meludahi Beny sesuatu yang buruk akan menimpa Wahyudhi Dengan segala kemampuannya Rostati bangkit berdiri, berlari terpincang-pincang dan segera memeluk Wahyudhi seolah melindungi Wahyudhi dari Beny dengan badannya yang kecil dan terluka.
“ Wahyudhi …” tangis Rostati sambil memeluknya keras menghiraukan keempat pemuda yang lain.
“kamu engga apa-apakan Re? Tenang aja Ros.. semua akan baik-baik aja…” jawab Wahyudhi berusaha menenangkan Rostati meskipun dengan posisi terkunci dia tidak bisa membalas pelukan Rostati yang sudah lama dia nan Rostati n.
Ben rupanya tersadar kalau yang memukulnya bernama Wahyudhi Lantas saja dia menarik tubuh Rostati menjauh dari pelukan Wahyudhi ke pelukannya sendiri. Sambil memeluk Rostati dari belakang, Beny mulai mem perhatikan Wahyudhi yang masih memberotak kunci sekapan mati dari ketiga sahabatnya. Untuk pandangan seorang laki-laki, menurut Beny Wahyudhi memang laki-laki yang ganteng. Hidung yang mancung menghiasi wajahnya yang putih. Badannya tegap atletis. Tingginya juga sama dengan tinggi dirinya dan teman-temannya.
“Jadi elo yang namanya Wahyudhi …” Beny bertanya sambil terus memeluk Rostati dari belakang.
“Jangan sentuh Rostati lo bajingan!! Siapa yang nyuruh lo! Suruh dia berhadepan sama gue!! Dasar lo pengecut semua!!” Wahyudhi tetap menantang walaupun menurut Rostati posisi Wahyudhi sekarang sangat tidak menguntungkan.
“ Beny kita bikin mampus aja nih anak! Belagu banget!!“ Zacky menimpali tak sabar.
“Jangan… Dia gak boleh disakitin…Itu udah termasuk perjanjian. Katanya dia gak mau terjadi apa-apa sama dia” jelas Beny ke teman-temannya. Nampaknya Saman tidak setuju, tetapi dia tetap menepati perjanjian itu dan kedua yang lainnya pun akhirnya setuju.
“Apa Lo Bilang?!!” Wahyudhi kembali berteriak. “Siapa… Siapa Yang Nyuruh Lo Semua!!?? Bilang Siapa Yang Nyuruh Lo!!!!!” Wahyudhi semakin geram. Rostati berfikir kenapa orang di balik semua ini tidak mau menyakiti Wahyudhi ? Kenapa Beny dengan gampangnya melayangkan tamparan dan pukulan ke dirinya tetapi tidak boleh menyakiti Wahyudhi ? Sesaat kemudian Rostati tersadar bahwa dirinya sakit, lututnya pun kembali mendenyut nyeri dan sedetik kemudian diapun tidak bisa menahan berat badannya dan terjatuh lunglai dalam pelukan Ben.
Dengan badan merosot lunglai dipelukan Beny Wahyudhi melihat dengan jelas bahwa tangan Beny tepat berada di buah dada Rostati menahan agar Rostati tidak jatuh dan tetap berada di pelukannya, dan Wahyudhi pun menyadari bahwa Rostati sudah setengah telanjang dengan seragamnya yang sudah compang-camping. Darah berdesir hebat di kepala Wahyudhi Menahan amarah, Wahyudhi terus berkutat. Tahu bahwa mereka tidak boleh menyakiti Wahyudhi , Sam, Zacky dan Daviz hanya terus berusaha menahan dan mengunci Wahyudhi sementara sahabatnya yang satu lagi dengan santai menjamah tubuh perempuan cantik yang terkulai lemas di pelukannya.
“Lepasin Tangan Lo Bangsat!! Lepasin Rostati !!” teriak Wahyudhi dengan nada kebencian yang luar biasa. Namun Rostati tetap terpeluk. Tubuhnya meronta lemah dipelukan Ben.
“Tenang bro… kalau aku lepas, cewe idaman lo ini bakalan jatuh. Kayanya kakinya patah tadi…“ jawab Beny santai. “Kamu sih pake ngelawan, jadinya kaya gini tuh…“ sapa Beny ramah kembali kepada Rostati sambil memberikan kecupan di bibir Rostati sengaja membuat Wahyudhi panas. Rostati pun tidak bisa berbuat apa-apa, hanya air mata tak hentinya mengalir dari matanya yang sayu.
Wahyudhi terus memberontak berusaha melepaskan ikatan teman-teman Ben.
Pergelutan antara bibir Beny dan Rostati tampaknya terus berlangsung sambil tak lupa tangan Beny terus menggerayangi seluruh tubuh Rostati bahkan ke daerah-daerah sensitif Rostati . Rostati sedikit menggelinjang merasakan cumbuan Beny Dia merasakan sentuhan itu tepat mengenai hatinya yang sakit. Rostati pun kembali menangis. “Jangan… mmphh“ mulut Rostati terus dilumat sementara Rostati terus menolaknya.
Lima menit cumbuan itu berlangsung diiringi dukungan semangat dari ketiga temannya sementara Wahyudhi terus berkutat sambil berteriak-teriak berharap ada orang yang mendengarnya dari luar. Rostati seperti sudah di vonis untuk diam tak berkutik. Diapun tidak bisa menghidari ciuman dan serangan tangan Beny diseluruh tubuhnya. Namun dia berusaha menutup bibirnya agar lidah Beny tidak masuk ke dalam. Sementara Beny semakin jenuh dengan penolakan Rostati , lantas dia menekan keras dilutut tempat bagian tubuh Rostati yang terluka sehingga membuat Rostati mengerang kesakitan. Dan kesempatan disaat mulut Rostati terbuka inilah Beny memasukkan lidahnya ke dalam dan memainkannya di sana.
Wahyudhi sungguh tersiksa melihat kejadian tersebut. Dia terus berteriak-teriak menyumpahi kata-kata kotor kepada Beny Sampai akhirnya Beny tersadar saat Wahyudhi meneriakan “Kalo Lo Sampe Perkosa Dia!!! Aku Sumpah, Aku Bakal Habisin Keluarga Lo. Aku Juga Bakal Perkosa Adik Perempuan Lo!!!!“ Beny menghentikan Rostati n ciuman dahsyatnya. Kemudian dia terdiam. Selama 2 detik dia berfikir sampai dengan sangat tiba-tiba dia terbangun dan melepaskan Rostati yang langsung otomatis terjatuh lunglai di tanah, berjalan menghampiri Wahyudhi .
“Denger ye, aku punya penawaran menarik buat lo.” Seru Beny pelan di wajah Wahyudhi dan teman-teman Beny “Emang perjanjiannya aku gak boleh nyakitin elo dan aku gak boleh make dia kalo dia masih perawan. And guess what ?…She is a virgin…jadi emang aku gak boleh make dia” katanya sambil menoleh sebentar-sebentar ke arah Rostati yang terduduk lemas di tanah sambil memegangi kakinya.
“Taaaaaapiiiiiiiiiiiiiii…” lanjut Beny dengan nada panjang, “Cewe idaman lo ini bener-bener OK banget bro… aku gak bisa nahan konak kalo ngeliat dia… temen-temen aku juga… mereka niatnya mau make cewe lo virgin atau gak virgin. Jadi apa boleh buat!??” Beny mengangkat bahunya santai.
“Cuman aku masih punya hati bro…Penawaran gue, berhubung dia itu cewe idaman lo, aku mau lo pake dia duluan. You take her virginity… abis dia udah gak virgin lagi, baru aku and temen-temen aku gantian yang make dia… Kan jadinya aku gak melanggar kontrak. Kalo lo dah pake dia, berarti kan dia udah gak perawan lagi. Jadi kita-kita bisa make dia… he…he… gimana?” Beny menjelaskan dengan tersenyum sinis.
“Jangan Mimpi Lo Bangsat!!!!!” Wahyudhi nampaknya geram sekali dengan pernyataan Beny Rostati juga terkejut dengan rencana itu. Dia sampai meringkuk melingkar sambil berusaha menahan sakit di kakinya.
Ben nampaknya sudah yakin dengan keputusannya. Lalu dia berjalan mendekati Rostati , sedetik kemudian dia merangkul dan membopoh Rostati masuk ke dalam kompleks sekolah.
“Come on guys… Bawa tuh si Wahyudhi …” Beny memerintahkan teman-temannya yang masih menjepit Wahyudhi Mereka pun langsung menggeret Wahyudhi mengikuti Ben.
Ben rupanya menuju ke salah satu ruang kelas yang belum (lupa) dikunci pak Darman Rostati mengenali dia masuk ke ruang BP. Dengan berusaha kuat dia menyeret kakinya yang sepertinya patah dan terpaksa mengikuti Beny yang membopong paksa menuju ke ruang BP.
Di dalam ruang BP terdapat beberapa Sofa kecil dan satu sofa panjang mengitari satu meja dengan rapi. Beny membuang Rostati ke sofa panjang tersebut. Spontan Rostati terpekik ke Rostati dia terduduk jatuh ke sofa. Dan lagi-lagi Rostati merasa kakinya sudah sangat tidak tertahankan. Rostati melihat Beny menggeret dan memindahkan sofa-sofa kecil dan meja ke sudut ruangan. Dari bingkai pintu juga Rostati melihat Wahyudhi yang baru tiba dengan Daviz, Zacky dan Sam. Mereka masuk ke dalam ruangan BP yang sekarang sudah sangat lega. Beny selesai menggeser sofa terakhir ke pojok ruangan dan segera menghampiri Rostati . Sekilas Rostati pikir akan di angkat lagi oleh Beny tetapi Rostati salah. Tangan Beny yang menuju arahnya menarik seragam putihnya dengan paksa. Lalu Beny juga mengoyak rok abu-abu Rostati ,menariknya terlepas. Rostati sekarang hanya mengenakan bra dan celana dalam saja. Spontan dia langsung berusaha menutupi dirinya dengan kedua tangannya meskipun menyadari kalau itu sia-sia saja. Wahyudhi yang melihat hanya bisa memberontak kuat dari pegangan ketiga kawan Beny Lalu Beny kembali menelanjangi tubuh Rostati , dia segera melepas bra dan celana dalam Rostati .
Tampak selama sepersekian detik Beny terbengong dan terkagum melihat keindahan tubuh hasil penelanjangannya itu. Tubuh Rostati begitu indah, mulus dan putih. Buah dadanya pun masih sangat kenyal, kencang dan padat dengan ukuran 34 B. Beny juga menelusuri selangkangan Rostati yang putih bersih. Bulu-bulu halus menghiasi permuaannya membentuk seperti bukit mungil. Rostati berusaha menutup kakinya dan dia sekarang benar-benar sudah sangat ketakutan. Kalau boleh memilih, Rostati ingin tubuh telanjangnya hanya boleh di nikmati Wahyudhi saja. Tetapi hal ini tidak mungkin.
“Tolong… Jangan perkosa saya…” Sekarang nada bicara Rostati sudah sangat sopan dan ketakutan. Menyerah dengan keadaan, berusaha memohon dengan segala kehinaan kepada Beny yang masih mengagumi tubuh indahnya.
Wahyudhi pun tanpa sadar juga mengagumi tubuh gadis idamannya, “Bagus banget badan kamu Ros.. ” kagum Wahyudhi dalam hatinya. Tetapi dia masih bisa mengendalikan diri dan segera memalingkan pandangannya ke sudut ruangan. Berusaha untuk tidak lebih menelanjangi Rostati dengan tatapan matanya. Sementara ketiga orang yang memegang Wahyudhi pun sama-sama tertegun akan sosok telanjang gadis di depan mereka. Mata mereka tak pernah berpindah dari tubuh Rostati , terutama buah dada dan kemaluan Rostati , tetapi tangan mereka tetap memegang keras sekapannya.
“Sekarang lo pegang nih badan cewe lo…” jawab Beny santai. Wahyudhi yang sedari tadi masih memandang sofa yang tertumpuk dipojokan, tahu kata-kata itu akan keluar dari mulut Beny semenjak dia mengatakan ‘lo pake dia duluan’. Beny tidak beranjak dari tempatnya. Dia tidak mau menikmati tubuh Rostati dengan cara seperti ini. Tidak untuk sekarang at least. Tapi dia juga tidak mau anak-anak ini menikmati tubuh Rostati apalagi setelah Wahyudhi tahu Rostati masih perawan. Sungguh sempurna wanita idamannya. Dia pikir, dengan kecan Rostati n dan gaya hidup yang Rostati miliki akan sulit untuk mempertahankan keperawanannya pada jaman sekarang ini. Tetapi princess-nya itu benar-benar sempurna. Wahyudhi jadi semakin cinta kepadanya. Wahyudhi segera sadar dari lamunannya ke Rostati dia merasa badannya didorong paksa.
“Eh ngapain lo… Jangan!! Lepasin Gue!!” katanya ke Rostati dia dipaksa menghampiri Rostati , tangan Wahyudhi pun dituntun paksa untuk menyentuh tubuh Rostati . Rostati yang tersimpuh hanya bisa melihat Wahyudhi memberontak sambil didorong ke arahnya. Tak lama kemudian dia merasa buah dadanya sekarang sudah ada di remasan tangan Wahyudhi
Wahyudhi merasa perasaannya sekarang ada di dua tempat. Marah dan bahagia. Dia senang menikmati tubuh Rostati walaupun dia lebih suka dengan cara yang romantis. Tapi disaat yang sama dia benar-benar marah ke Rostati dia dimanfaatkan keempat orang tersebut untuk menikmati tubuh gadisnya itu. Tangan Wahyudhi terus menempel atas paksaan Saman di dada Rostati , Saman meremas tangannya dari atas dan otomatis juga membuat Wahyudhi meremas buah dada Rostati .
Rostati mendengar dirinya mengerang sendiri. Ada perasaan aneh mengalir pada dirinya. Rostati merasakan seluruh dirinya bagaikan terbang ke awang-awang. Tanpa sadar Rostati memejamkan matanya seakan meresapi remasan tangan Wahyudhi di buah dadanya. Remasan Wahyudhi pun sekarang berubah menjadi remasan yang sangat halus, berperasaan dan penuh kasih sayang. Rostati membuka matanya dan dia melihat wajah Wahyudhi mulai mendekat dengan wajahnya. Pori-pori kecil di hidung Wahyudhi yang mancung sudah terlihat sangat jelas sekarang.
Wahyudhi pun mulai mengecup keningnya. Rostati kembali menutup matanya. Ciuman itu sekarang berpindah turun ke bibirnya. Rostati sekali lagi tanpa sadar membuka bibirnya membiarkan lidah Wahyudhi menari-nari menjilati dinding mulutnya dan menggelitik lidahnya. Remasan kasar Wahyudhi di dadanya tadi sekarang sudah mulai lembut dan halus menjamah seluruh tubuhnya berpindah kepunggung Rostati , mengangkat tubuhnya dan memeluknya dengan mesra sambil mereka berpagutan terus menerus. Rostati sungguh merasa melayang sekarang, dalam pelukan Wahyudhi , dia bisa mencium laki-laki dambaannya itu.
Mungkin Wahyudhi sudah tidak sadar atau sudah mulai terangsang, tetapi Rostati merasakan Wahyudhi melepas pelukannya. Dengan terus berciuman, Rostati membuka matanya dan melihat Wahyudhi juga sedang memjamkan mata. Namun tangan Wahyudhi sekarang tidak memeluknya lagi. Sambil berciuman Rostati melihat Wahyudhi membuka bajunya sendiri. Sejurus kemudian Wahyudhi sudah tidak mengenakan apa-apa lagi.
Rostati melihat kemaluan Wahyudhi yang sudah tegak keras berdiri. Rostati memekik tanpa sadar memandang benda itu, sungguh besar dan panjang. Namun Wahyudhi dengan sambil terus menciumi Rostati kembali memeluk Rostati . Kulit mereka sekarang bersentuhan menempel erat seakan bersatu. Wahyudhi mulai menurunkan ciumannya turun ke bawah, leher Rostati terus diciumi seakan dia menganggumi bentuk leher yang putih dan indah itu. Turun ke bawah, Rostati merasa buah dadanya dijilati Wahyudhi , sementara tangan Wahyudhi terus menggerayangi seluruh tubuhnya.
Rostati mulai mengaktifkan tangannya, dia sekarang berani memeluk Wahyudhi Meremas-remas dan memainkan rambut Wahyudhi sambil meresapi jilatan Wahyudhi yang serasa maut di sekujur tubuhnya. Erangan Rostati membuat Wahyudhi semakin naik birahi. Remasan tangan Rostati di punggung dan rambutnya mulai memberanikan Wahyudhi membelai dan menyentuh pangkal paha Rostati .
“Achh…“ desah Rostati tanpa sadar ke Rostati dirasakan sensasi yang luar biasa terasa di daerah selangkangannya. Wahyudhi pun semakin gencar. Kembali dia menciumi Rostati sambil memainkan klitoris Rostati .
“Aku sayang banget sama kamu Ros.. ” bisiknya dengan mesra di kuping Rostati .
“ Wahyu… Aku juga sayang sama kamu…” balas Rostati sambil terpejam.
Sekarang Rostati merasakan tubuhnya dibaringkan oleh Wahyudhi Rostati tidak menolak. Entah ini karena keadaan atau ancaman dari keempat orang yang sekarang menonton mereka bergumul, atau memang hati Rostati juga menginginkannya. Wahyudhi membuka kaki Rostati dan dengan sangat hati-hati mulai mengarahkan batang kemaluannya ke bibir kemaluan Rostati .
Seakan mengharapkan saat-saat seperti ini terjadi, Rostati bersiap diri dengan menggigit bibirnya dan mengkonsentrasikan seluruh pikirannya di daerah kemaluannya. Seakan menanti saat-saat ini, dia memandang wajah Wahyudhi yang sudah berkeringat. Tatapan Wahyudhi seperti menunjukkan bahwa ini adalah hal yang terbaik untuk saat ini dan bahwa dia memang sungguh-sungguh menyayanginya dan bahwa dia akan bertenggung jawab dengan segala konsekuensinya. Rostati pun mengerti. sekarang dia merasakan suatu benda tumpul sedang menempel di pintu kemaluannya. Mencoba mendorong masuk sambil menekan. Rostati pun masih menggigit bibirnya. “Sakit..“ katanya dalam hati ke Rostati dia merasa sedikit dari benda itu sudah berada dalam dirinya.
Wahyudhi pun dengan sangat hati-hati memasukan kejantanannya ke dalam kemaluan kekasihnya itu sekarang. Sadar bahwa batangnya sudah masuk setengah, Wahyudhi menariknya kembali dan mulai menggoyang-goyangkan secara perlahan. Dilihatnya Rostati yang masih memandangnya. Tetapi dia tidak menggigit bibirnya lagi. Mulutnya sedikit terbuka dan mendesah pelan. Wahyudhi pun tak kuat lagi untuk tidak menciumnya. Kembali ciuman itu terjadi dan kali ini dengan penuh nafsu. Wahyudhi kembali mendorong batangnya dan tersadar bahwa semuanya sudah menancap pasti di dalam kemaluan Rostati . Merasa seakan tubuh Rostati memijit batang kemaluannya. Dilihatnya Rostati yang kembali menggigit bibir, berkeringat tetapi sangat menggarirahkan. Wahyudhi terus melakukan dorongan-dorongan. Semakin lama dorongan dan pompaan Wahyudhi di dalam kemaluan Rostati semakin cepat. Rostati pun sudah mendesah dan mengerang dalam tiap tusukan batang Wahyudhi di dalam tubuhnya.
15 menit sudah mereka bergumul dan menyatu ke Rostati Rostati mendengar Wahyudhi mendesah panjang. Butir-butir keringat mereka sudah bercampur menyatu. Wahyudhi terus mengerang sambil menggenjot kekasihnya. “Aku sayang banget sama kamu Ros.. Ughh…“ Itulah yang dikatakan Wahyudhi sambil berejakulasi di dalam rahim Rostati .
Rostati merasakan sesuatu yang hangat menyemprot rahimnya dan Wahyudhi semakin kuat memeluknya. Seakan waktu berhenti, Wahyudhi tetap memeluk Rostati sekuat-kuatnya tanpa mencabut benda pusakanya dari dalam tubuh Rostati , seakan dia tidak akan melepaskannya lagi. Tidak ada gerakan sama sekali kecuali pelukan dan nafas mereka yang terang-engah. Entah kenapa Rostati baru tersadar dan air matanya kembali menghiasi wajahnya yang sekarang terlihat sayu dan lelah. Wahyudhi memandangnya, diakuinya Rostati memang sangat cantik walaupun keringat dan sedikit darah menghiasi wajahnya. Sambil terus memeluknya, Wahyudhi menyeka air mata, keringat dan darah di wajah Rostati .
“Aku akan tanggung jawab Ros.. Swear… please kamu jangan nangis… semuanya akan baik-baik saja…“ Wahyudhi menenangkan sambil mengusap wajah Rostati . Wahyudhi bisa melihat dengan jelas butir-butir air mata Rostati yang terus mengalir di pipinya.
Rostati menangis dalam diam. Ekspresinya datar walaupun air mata tak kuat dibendungnya, terus tumpah mengaliri pipinya yang mulus. Dia terus menatap Wahyudhi yang tepat di atasnya, memeluk kuat dirinya dengan batang kemaluan masih tertancap ditubuhnya. Tak disangka dia sudah kehilangan keperawanannya, tak disangka dia menyerahkan keperawanannya kepada Wahyudhi atau Wahyudhi yang merenggut keperawanannya yang selama ini dijaganya? Keperawanan yang dijaga yang suatu saat nanti akan diberikan kepada orang yang dicintainya. Tetapi kepada siapa keperawanan ini akan diberikan? Rostati berpikir dalam hati. lakinya nanti? Siapa?
Dirasakannya Wahyudhi mengendurkan pelukannya dan dengan hati-hati bangkit berdiri. Mencabut batang kemaluannya yang sudah mengecil. Rostati sekali lagi merasakan sensasi yang unik pada saat batang itu keluar dari tubuhnya. Sesuatu mengalir keluar dari dalam kemaluannya. Dilihatnya cairan kental putih bercampur darah keluar dari kemaluannya. Rostati sadar itu darah perawannya. Wahyudhi pun melihat dan langsung kembali memeluk Rostati sambil menciumi wajahnya.
“Aku cinta banget sama kamu… Aku sayang kamu… Ros.. aku akan selalu bersama kamu…” Rostati tidak tahu harus membalas dengan kata-kata apa. Dia bingung bercampur sedih, marah, senang dan bahagia. Tetapi apa yang harus dikatakannya pada Wahyudhi
“Aku capek Wahyu… Aku mau pulang… Kaki ku sakit. Badanku rasanya hancur… aku mau pulang Wahyu… Aku capek…!“ Seru Rostati sambil menangis dipelukan Wahyudhi Memang ini hari yang panjang buat dirinya.
“Iya sayang… Ayo kita pulang… kamu harus istirahat…e tidak deh, kamu harus ke dokter dulu… aku cari dulu baju buat kamu“ Wahyudhi menenangkan Rostati . Tetapi ke Rostati Wahyudhi berbalik kebelakang untuk mencari seragam Rostati tiba-tiba pukulan keras mengenai tengkuk Wahyudhi Sekejap kemudian Wahyudhi jatuh tak tersadarkan diri.
“ Wahyudhi …!” teriak Rostati .
“Enak aja lo… udah make mau langsung pulang!!” Rupanya Saman memukul Wahyudhi dari belakangnya. Rostati sama sekali lupa dengan mereka berempat. Tadinya dia pikir dia sudah bisa pulang dan istirahat. Namun rupanya mereka berempat masih belum selesai dengannya. Dilihatnya keempat kawanan tadi masih tetap berada diruang itu. Rostati juga kembali tersadar bahwa persetubuhannya tadi dengan Wahyudhi ditonton mereka secara gratis.
Ben kembali berjalan memposisikan dirinya di depan teman-temannya. Rostati beranggapan mungkin dia adalah ketua dari geng tersebut.
“Payah deh cowo kamu nih… masak abis selesai ngewe langsung pulang… SMP banget sih!“ gerutu Beny sambil menjentikkan jarinya memerintahkan teman-temannya untuk menggeser tubuh Wahyudhi Mereka pun langsung membopong tubuh Wahyudhi dan diletakan di sofa kecil di pojokan yang tadi di tumpuk Ben.
“Nah, say… sekarang giliran kita-kita ya…“ seru Beny sambil kembali menjamah tubuh telanjang Rostati .
“Tolong…jangan… saya capek… saya udah gak kuat… sakit…sakit…Agghh…mmpphf…” begitulah kata-kata yang keluar dari mulut Rostati sebelum dibekam oleh ciuman dari bibir Ben.
Dengan ganas Beny mecium bibir Rostati . Melahap seperti orang yang haus akan ciuman. Sambil meremas buah dada Rostati yang menggantung indah didadanya, Beny terus menggarap Rostati tanpa ampun. Dalam sekejap. Keempat orang itu sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Keempatnya langsung mengelilingi tubuh Rostati yang masih telanjang.
Rostati pun tak bisa mengelak ke Rostati tangan-tangan nakal menggerayangi setiap sudut tubuhnya. Seakan sudah diatur, Saman langsung menciumi dan menjilati buah dada Rostati , Daviz pun langsung mendarat di leher dan tengkuk Rostati , memberIka n tanda merah tua berkat cupangannya nafsu di leher Rostati . Sementara Zacky membilas kemaluan Rostati dari sperma Wahyudhi dan darah dengan tissue basah yang entah dari mana didapatnya dan langsung menjilatinya dengan nafsu.
Rostati merasa tidak kuat dengan perlakuan mereka, dia terus saja mendesah dan mengerang oleh perlakuan mereka, entah karena rangsangan atau siksaan. Tetapi dia tidak bisa meneruskan erangannya ke Rostati dengan tiba-tiba Beny memasukan batang kejantanannya ke mulut Rostati .
“hisap dong sayang…“ katanya sambil menjambak rambut Rostati dan membuat kepala Rostati maju mundur dalam selangkangannya. Sekilas Rostati merasa ingin muntah dan jijik. Dia tidak bisa bernafas. Serasa mulutnya yang disumpal oleh benda besar panjang, kenyal tetapi keras itu juga menutup hidungnya.
Rostati berusaha mendorong selangkangan Beny dari wajahnya. Tetapi jambakan pada rambutnya yang kuat membuatnya tak kuasa untuk memaju-mundurkan wajahnya dengan batang kemaluan Beny di mulutnya. Dalam menit pertama Rostati merasa hal ini sangat menyiksa dirinya, tetapi jilatan-jilatan dari ketiga yang lain membuatnya serasa terbang ke awang-awang. Dia pun sekarang tidak melawan ke Rostati Beny menuntun kepalanya bergerak untuk memberikan pijatan pada batang yang ada di dalam mulutnya. Dan Rostati langsung mengalihkan perhatiannya ke bawah ke Rostati Rostati merasakan sesuatu berusaha masuk ke dalam kemaluannya.
Rupanya Zacky sudah siap dengan penetrasinya. Rostati tahu dia tidak akan bisa lolos dari itu, maka dia berusaha untuk menikmatinya mengingat semakin dia melawan maka akan semakin lama penyiksaan ini. Rostati berusaha untuk mengimbangi setiap genjotan Zacky di dalam kemaluannya sambil terus menghisap batang kemaluan Beny di mulutnya. Sementara leher dan dadanya di remas dan dicium bergantian oleh Daviz dan Sam.
Lima menit sudah ke Rostati Zacky mengeluarkan spermanya yang langsung menyemprot ke dalam rahim Rostati . Langsung saja Daviz menggan Rostati n posisinya tanpa harus membilas kemaluan Rostati sampai 7 menit berakhir ke Rostati dia berejakulasi di dalamnya yang kemudian digan Rostati n oleh Saman yang langsung menggenjot dengan nafsunya. Sementara Beny semakin mempercepat pemerkosaannya di mulut Rostati dan mendorong kepala perempuan di selangkangannya dengan cepat sambil menggoyang pantatnya maju mundur. Rostati merasa ujung batang Beny sudah ada di kerongkongannya. Mata Rostati kembali berair saking tidak bisa bernafas dengan teratur. Lalu tak lama kemudian Beny mengeluarkan sperma di dalam mulut Rostati yang langsung meluncur lancar ke tenggorokan Rostati . Rostati langsung terbatuk tetapi Beny segera mengatup mulutnya.
“Ditelan dong sayang… jangan di buang, mubajir…” katanya sambil tersenyum. Rostati pun dengan terpaksa menelan sperma kental itu. Dia berusaha tidak merasakan rasa cairan yang mengalir licin ke tenggorokannya, tetapi air matanya kembali mengalir. Di bawah sana Rostati mendengar Saman mengerang panjang sambil menancapkan batangnya dalam-dalam di liang sanggama Rostati . Rostati tahu dia dan kedua orang sebelumnya sudah berejakulasi di dalam liang kemaluannya.
Bagi Rostati sepertinya waktu berjalan sungguh lambat hari ini. Ketiga orang yang bersanggama di dalam kemaluannya tadi sekarang masih mencoba untuk meneguk manisnya tubuh Rostati dengan berbagai macam posisi. Sementara Beny masih dengan nafsu tinggi mencumbunya tanpa sedikitpun menyentuh kemaluannya. Rostati tidak mengerti kenapa Beny tidak menyentuh daerah vitalnya sama sekali, yang pasti Rostati sudah merasakan lelah yang teramat sangat, luar biasa sakit menyiksa sekujur tubuhnya dan seakan dunia sedang berputar-putar di sekelilingnya, matanya berat, kepalanya sakit dan tubuhnya sangat berat sampai akhirnya Rostati tergolek pingsan tak sadarkan diri.
******************************************************************
Rostati sedang terduduk di kursi malas sambil membaca-baca tabloid gossip seputar selebritis. Nana Mirdad sekarang sedang hamil tua. Kok secepat itu ya? Apakah memang dia betul-betul MBA (married by accident) seperti yang orang-orang gosipin?. Rostati terus membalik-balikkan lembaran demi lembaran tabloid ke Rostati seseorang membuka pintu, dilihatnya Beny menghambur masuk ke kamarnya. Sosok laki-laki tampan, tinggi dan putih tetapi sangat di Benci Rostati , kenapa ada disini? Kenapa dia bisa masuk ke kamarnya sementara mama-papanya saja harus mengetuk dahulu dan meminta ijinnya sebelum masuk ke kamarnya.
“Hallo sayang…” Beny menyapanya sambil mengecup keningnya. “Kamu dah makan belum?” Seolah tanpa salah, Rostati mengelak kecupan di keningnya itu.
“Ngapain Lo ke sini?!… Ngapain Lo ke kamar gue!!… Pergi Lo!!! Keluar Dari Kamar Gue!!!… Pergiiiiiiiii!!!” Teriak Rostati kasar. Dia masih ingat ke Rostati Beny dan ketiga kawannya memperkosanya beramai-ramai di sekolah.
“Kamu ngomong apa sih sayang???? Ini kan kamar kita berdua, jadi ini kamar aku juga” Jawab Beny kelihatan khawatir dengan sikap Rostati .
“Jangan Mimpi Lo!!!! Pergi Lo Sana!! Keluar Dari Kamar Gue!!” teriak Rostati histeris.
“Kamu kenapa sih Re?? Ini aku Ben… Suami kamu… Kamu kenapa? Kamu demam ya?“ Beny berusaha meraba kening Rostati , tetapi Rostati dengan cepat mengelak.
“Apa?! Suami?! Cuih! Mana Bisa Lo Jadi Suami Gue!!! Sampe Mati Aku Gak Mau Jadi Istri Lo!! Jangan Mimpi Lo!!” masih dengan nada tinggi, Rostati seakan mendengar suaranya melengking saking marahnya.
“ Ros.. kamu ngomong apa? Jangan gitu!! Ingat kamu lagi hamil tua… itu anak kita… anak aku, suami kamu…“ Beny berusaha menjelaskan dan menenangkan Rostati . Tetapi setelah mendengar perkataan Beny Rostati bukannya tenang melainkan bingung. Suami? Hamil? Anak?? Spontan dia melihat ke bawah. Dilihatnya gelembung besar di daerah perutnya. Rostati meraba perutnya. Memang dia sedang hamil. Hamil besar. Apakah ini hasil dari pemerkosaan waktu itu? Dia tidak mau anak ini. Lalu dengan keras dia memukul perutnya, mencoba membunuh mahluk hidup yang ada di dalamnya. Rostati kesakitan. Sakit tepat ke Rostati dia memukul perutnya. Sekejap kemudian dia terbangun dari kursi malasnya.
****************************************************************
Alih-alih kursi malas, ternyata Rostati masih tergeletak di suatu ruangan. Rupanya dia tadi bermimpi. Dilihat sekelilingnya gelap gulita, didapati dirinya masih telanjang bulat. Perutnya sakit akibat pukulan tanpa sadar di mimpinya sendiri. Tubuhnya basah bermandikan keringat. Rostati berusaha memfokuskan pandangannya yang buram. Dia meraba sesuatu di sebelahnya. Dilihatnya samar-samar, itu Wahyudhi Rostati terkejut ke Rostati melihat Wahyudhi pun tertidur telanjang bulat seperti dirinya. Rostati melihat sekelilingnya. Sepertinya dia kenal ruangan ini. Rostati bangkit berdiri. Tetapi tiba-tiba kakinya sakit luar biasa. Sekujur tubuhnya sakit. Selangkangannya terasa perih dan panas.
Akhirnya Rostati ingat. Dia masih diruangan BP sekolahnya. Kembali dia tersadar atas apa yang baru saja menimpanya. Tertatih-tatih Rostati berjalan sambil mencoba meraba ke tembok-tembok berusaha meraih electricity outlet untuk menghidupkan lampu atau mencari penerangan. Ditemukan electricity outlet dan dihidupkan lampu. Ke Rostati ruangan sudah terang, dilihatnya ruangan itu, masih segar dalam ingatannya ke Rostati Wahyudhi merenggut keperawanannya di sofa sana , juga ke Rostati. Beny, Daviz, Saman dan Zacky yang menyetubuhinya beramai-ramai. Dan Rostati juga teringat karena merekalah dia jatuh pingsan. Dilihatnya jam yang ada di tangannya. “Jam 9 malam…” katanya dalam hati. Pasti mama sudah mencari-carinya. Mungkin sudah menelepon ke HPnya untuk menyuruh pulang.
Rostati tidak ingat dimana tasnya, dimana semua barang-barang bawaannya. “dingin…” Rostati berseru pelan kepada dirinya sendiri. Rostati berusaha mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Tetapi setelah dia sadar bahwa tidak ada sehelai Benang pun untuk menutupi keterlanjangannya, Rostati pun merosot terduduk. Jongkok sambil memeluk kakinya. Membenamkan wajahnya di kedua lututnya yang masih sakit, terisak-isak menangis.
Rostati tak tahu sudah berapa lama dia tersedu-sedu ke Rostati didengarnya disudut ruangan Wahyudhi mengerang pelan. Rupanya Wahyudhi sudah sadarkan diri. Rostati melihat Wahyudhi memegangi kepalanya yang beberapa jam lalu dihantam keras oleh Saman sampai dia jatuh pingsan. Beberapa saat kemudian Wahyudhi pun menyadari sesenggukan Rostati di tempat Rostati membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Wahyudhi bangkit berdiri dan menghampiri Rostati .
“ Ros.. kamu masih disini? Aku pikir kamu udah dibawa mereka… Kamu gak apa-apa kan?” Wahyudhi membelai rambut Rostati yang sudah awut-awutan itu.
“Apanya yang gak apa-apa Bie??“ seru Rostati sambil menangis. “Kamu udah liat apa yang terjadi!!“
“Sorry Ros.. aku gak tahu… si bangsat itu mukul aku dari belakang… Apa yang terjadi Re??“ tanya Wahyudhi sambil terus membelai rambut Rostati , berusaha menenangkan suaranya meskipun dia bisa menebak apa yang akan dijawab Rostati .
“Aku Diperkosa Wahyu!!!!“ Rostati Menepis Tangan Wahyudhi Dari Kepalanya. “Abis Kamu Pingsan Aku Diperkosa Rame-Rame Sama Mereka!!“ Teriak Rostati Histeris, Seolah Itu Adalah Kesalahan Wahyudhi “Mereka Menggilir Aku Bie!! Mereka Make Aku Rame-Rame… Di Sana! Mereka Buang Di Dalam Perut Aku Bie!!“ sambil menunjuk sofa tempat perbuatan maksiat itu terjadi. Wahyudhi pun tahu, ke Rostati melihat tempat yang ditunjuk Rostati , dilihatnya darah kering tercetak di cover sofa itu. Wahyudhi sadar itu adalah darah perawan Rostati yang sudah diteguknya.
“Ok Ros.. aku minta maaf… aku terpaksa… aku dipaksa mereka…“ Wahyudhi seolah kehabisan kata-kata, menyadari kesalahan itu pantas dibebankan kepada dirinya. Bingung harus berbuat apa-apa, Wahyudhi pun memeluk erat Rostati yang masih terduduk di lantai.
“Seperti kata-kataku tadi, aku mau tanggung jawab Ros.. aku gak akan meninggalkan kamu.. Aku akan terus berada disisi kamu… Swear! Aku janji… Aku akan terus menyayangi kamu apa adanya…“
“Aku…aku takut Wahyu… Aku takut…“ Rostati membalas pelukan Wahyudhi , dia menggigil hebat. Menggigil kedinginan atau ketakutan? Wahyudhi tidak bisa mengenalinya. Sekejap kemudian Wahyudhi beranjak dari pelukan Rostati , mencoba mencari pakaiannya, tapi tidak ditemukannya.
Rupanya Wahyudhi tidak kehilangan akal. Dia segera menuju meja di dalam ruangan itu. Membuka lacinya dan merogoh-rogoh mencari sesuatu. Rostati melihat Wahyudhi mengeluarkan gunting besar dari laci itu. Lalu Wahyudhi berjalan menuju Sofa panjang. Diguntingnya sofa tersebut mencoba mengambil kulit penutupnya. Setelah itu di gunting menjadi dua. Salah satu dari kain bahan sofa itu diselimutkan ke Rostati , dan yang lainnya dililitkan ke tubuhnya menutupi setengah bagian bawah tubuh Wahyudhi
“kamu mau ke mana Bie?“ Tanya Rostati ke Rostati dilihatnya Wahyudhi memegang daun pintu dan membukanya.
“Aku mau cari sesuatu buat kamu pakai Ros.. biar kita pergi dari tempat ini…mungkin di ruang laboratorium ada seragam workshop…“ jelas Wahyudhi
“laboratorium pasti udah dikunci Wahyu… Di mobil ku ada baju serep… tapi aku gak tau kuncinya ada di mana…” Rostati berfikir keras dimana dia meninggalkan tas sekolahnya. Apa masih di dalam kelas? Tidak mungkin! Tadi ke Rostati dia keluar dari kelas, dia sudah menjinjing tas sekolahnya. Juga ke Rostati dia ijin kepada Rica untuk ke toilet, dia juga masih bawa tas sekolahnya itu.
Tiba-tiba Rostati ingat, Beny membuang tas sekolahnya ke Rostati dia berusaha meraih Hpnya.
“Toilet perempuan… Bie, tas aku ada di toilet anak perempuan…”
“OK Ros.. aku ambilin. Kamu tunggu di sini…”
“E tidak Bie, aku takut… aku ikut kamu aja… aku gak mau ditinggal sendiri…“
Wahyudhi pun melilitkan kain bahan sofa ke tubuh Rostati . Ke Rostati Rostati mengangkat tubuhnya sendiri untuk mencoba berdiri, Wahyudhi melihat buah dada Rostati yang ranum dan putih menggantung indah. Dan ke Rostati Rostati berusaha berdiri dan tertatih menahan berat tubuhnya dengan satu kakinya yang masih sehat, buah dada itu bergoyang-goyang dengan indahnya, membuat darah Wahyudhi berdesir, berputar di otaknya turun ke bawah menghantarkan darah hangat ke selangkangannya. Wahyudhi berusaha untuk tetap berkonsentrasi menguatkan akal sehatnya. Tetapi ke Rostati Rostati berdiri, dia juga melihat kemaluan Rostati yang terpampang dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya membuatnya tidak bisa menahan ereksinya.
“Ayo Ros.. aku bantuin jalan…“ tawar Wahyudhi mengalihkan perhatiannya.
Mereka berjalan dalam kegelapan gedung sekolah menuju ke lantai dua tempat toilet perempuan dimana Rostati meninggalkan tas sekolahnya. Pikiran Wahyudhi terus melayang kepada pandangannya beberapa menit lalu. Tubuh telanjang Rostati yang indah terus menari-nari didalam pikirannya sementara dia membopong Rostati menaiki tangga. Tiba di toilet perempuan mereka langsung mendapatkan tas sekolah Rostati yang tergeletak berantakan di ujung sudut pojok koridor. Langsung saja Rostati meraih tasnya sendiri dan mereka bergegas ke pelataran parkiran sekolah.
Rostati langsung membuka kunci mobilnya dan berjalan untuk membuka pintu belakang. Wahyudhi membantunya masuk ke back seat mobil. Memang menurut Wahyudhi Honda Jazz Rostati seperti ’mobilku, rumahku’ dimana bangku belakangnya sangat berantakan. Baju Rostati berserakan dimana-mana, tetapi anehnya hal itu tidak di anggap ’messy’ oleh Wahyudhi Malah, ada perasaan aneh terlintas dipikiran Wahyudhi Celana pendek, baju you can see, tanktop bahkan Bra Rostati pun tergeletak sembarangan di bangku belakang. Boneka bantal Winnie The Pooh besar menghiasi bangku belakangnya. Hal ini membuat Wahyudhi merasa seperti berada di ’kamar’ Rostati . Sekejap saja, hal ini membuat darah Wahyudhi kembali berdesir apalagi melihat kekasihnya setengah telanjang terbaring lemah tak berdaya dengan bercucuran keringat dan sedikit bekas darah di pinggir bibirnya.
Wahyudhi mengambil tissue yang terletak di dashboard mobil dan air mineral di botol yang ada di bangku depan. Di basahkannya tissue itu dengan air sebelum Wahyudhi membasuh wajah Rostati .
“Aku bersihin dulu Ros.. baru kamu pake bajunya… biar seger dikit…“ Wahyudhi mengelap wajah Rostati , membersihkan sisa darah yang mengering, kening dan lehernya pun di basuh. Tetapi ke Rostati Wahyudhi membasuh leher Rostati yang jenjang, putih dan mulus itu, dia tidak bisa menahan untuk tidak mengecupnya. Tanpa sadar Wahyudhi mendekatkan bibirnya ke leher Rostati , memberikan kecupan lembut di sana. Rostati sedikit terkejut. Refleks Rostati mengelak dan mencoba menghindar. Hal ini membuat lilitan bahan sofa yang ada di tubuhnya mengendur dan terbuka.
Waktu seperti terhenti, kurang lebih semenit mereka hanya berpandangan. Dengan dada yang terbuka, Wahyudhi bisa melihat dengan jelas tanpa gangguan keempat orang beberapa saat lalu bahwa buah dada Rostati sungguhlah indah dan ranum. Bra ukuran 35 B yang beberapa jam yang lalu menopangnya, sekarang tidak tahu ada di mana. Kencang dan sangat merangsang. Menantang orang yang melihatnya untuk menjamahnya atau paling sedikit menyentuhnya. Wahyudhi ingin sekali menyentuhnya lagi, menciuminya lagi. Hasratnya menunjukkan untuk mendekatkan wajahnya ke buah dada Rostati , tetapi hatinya mengatakan bahwa Wahyudhi seharusnya memulai dari atas dulu.
Perlahan tetapi pasti Wahyudhi mendekatkan wajahnya ke wajah Rostati , memiringkan mukanya sedikit ke kanan dan entah perasaannya atau bukan, dilihatnya Rostati juga memiringkan wajahnya ke arah sebaliknya mendekatkan wajahnya ke wajah Wahyudhi
Bibir mereka bertemu, saling melumat satu sama lain. Sekarang Rostati membuka bibirnya, Wahyudhi tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan lembut dia menyapu dinding-dinding rongga mulut Rostati dengan lidahnya. Mecoba melilitkan lidahnya dengan lidah Rostati .
Di lain pihak, Rostati merasa ciuman ini adalah ciuman rasa terima kasihnya ke Wahyudhi karena sudah menolongnya. Rostati berpikir sekarang dia sudah aman dan bisa pulang. Atau memang dia menginginkan ciuman itu? Tetapi Rostati Benar-Benar sadar ke Rostati dia mengalungkan lengannya melingkar di leher Wahyudhi Menikmati pagutan mesra di bibirnya. Wahyudhi pun sekarang memulai mengaktifkan tangannya. Di peluk mesra gadis di depannya itu. Dibukanya lilitan bahan sofa dari tubuh Rostati yang membuat Rostati sekarang kembali telanjang bulat. Tanpa melihat dan sambil berciuman, Wahyudhi meremas kedua buah dada Rostati . Dia semakin bersemangat dan terangsang ke Rostati didengarnya Rostati mendesah pelan dan bernafas berat di wajahnya.
Ciuman berpindah dari bibir turun ke leher. Wahyudhi merasa tanpa perlawanan Rostati yang berarti menjelaskan bahwa Rostati pun menikmatinya. Kembali Wahyudhi mencoba turun lebih ke bawah lagi. Kali ini remasan di dada Rostati berubah menjadi jilatan dan gigitan kecil yang merangsang Rostati menjadi tinggi. Rostati memejamkan matanya. Tangannya meremas rambut Wahyudhi yang ada di dadanya. Merasa puas menggumuli buah dada Rostati , dengan hati-hati Wahyudhi merebahkan Rostati di bangku. Winnie The pooh sekarang berubah menjadi bantal, menahan baringan tubuh Rostati di atasnya. Wahyudhi turun lebih ke bawah lagi menuju selangkangan Rostati . Menjilat dan menekan-nekan tonjolan kecil di sana. Rostati terkejut hebat dan menggelinjang tetapi di saat yang sama dia merasakan sensasi yang luar biasa di tubuhnya. “Aaacchhhhh… Wahyu… “ racau Rostati terangsang berat. Cairan Bening kental mulai keluar dari lubang kemaluan Rostati . Wahyudhi terus menjalankan jurusnya di selangkangan Rostati . Jilatan di segitiga Rostati sekarang berubah menjadi hisapan kecil. Masing-masing hisapan Wahyudhi di kemaluannya membuat Rostati tak bisa menahan rangsangan yang bergejolak di tubuhnya.
“Aaaaccchhhhhhhhhhh…… masukin Aku udah gak tahan…“ Rostati heran mendengar dirinya berkata seperti itu. Tetapi itu bukan dirinya yang bicara. Tetapi perasaan hawa nafsu di luar kendali Rostati . Wahyudhi pun mengambil posisi. Seakan lupa dengan luka di sekujur tubuhnya dan sakit di perutnya, Rostati membuka kakinya memberikan posisi mudah Wahyudhi untuk berpenetrasi di dalam rongga kewanitaannya.
Peluh keringat menetes di dada Rostati ke Rostati jatuh dari dahi Wahyudhi saat dia berusaha menaikinya. Kembali mereka berciuman mesra sambil berpelukan seolah badan mereka serasa ingin menyatu. Wahyudhi menuntun batang kemaluannya di mulut kemaluan kekasihnya. Menusuk pelan-pelan agar sensasi yang didapatkannya dapat dinikmatinya. Jepitan demi jepitan di setiap inci batangnya sungguh terasa luar biasa. Permainan kali ini betul-betul lepas buat Wahyudhi Respons luar biasa dari Rostati pun membuatnya terangsang lebih tinggi.
Habis tertelan kemaluan Rostati , Wahyudhi mulai menggenjotnya naik turun. Seperti tanpa lelah, ritme kali ini betul-betul teratur. Perlahan tapi pasti, dorongan-dorongan dikemaluan Rostati semakin cepat dan sensasional. Rostati hampir menggigit bibir Wahyudhi yang menempel di bibirnya. Pelukannya semakin kencang seakan tak mau menyudahi kejadian ini. Tak lama kemudian Rostati merasakan otot pada batang yang ada di dalam kemaluannya semakin kencang dan berdenyut keras. Tak berapa lama kemudian, Wahyudhi menyemprotkan spermanya, dia berejakulasi di dalam kemaluan Rostati . Sengaja tertanam lebih dalam, Wahyudhi membiarkan batangnya tertelan beberapa saat sampai batang itu mengecil dengan sendirinya. Menyudahi dengan mengecup kening Rostati , Wahyudhi mencabut kemaluannya di ikuti aliran spermanya yang mengalir keluar dari kewanitaan Rostati .
“Ross…” Wahyudhi tak tahu harus bicara apa, “Makasih ya…”
Rostati pun hanya diam saja. Bahkan ke Rostati dia memakai celana pendek dan memungut baju ’serep’ dari jok mobilnya, dia diam seribu bahasa saat memakainya. Wahyudhi tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Tetapi dengan mantap dia kembali melilitkan bahan sofa yang tadi terlepas ke bagian bawah tubuhnya.
“Kamu tunggu sini ya… Aku mau cari kunci gerbang dulu. Mungkin aku bisa cari di tempat pak somad…“ Kembali Rostati diam seribu bahasa, tetapi dia menganggukan kepalanya tanda setuju.
Wahyudhi pun keluar dan berlari kecil menuju belakang sekolah. Rostati terus melihatnya sampai Wahyudhi menghilang tertelan gelapnya gedung sekolah.
Tidak sampai 10 menit berlalu Wahyudhi kembali dengan mimik lega. Sepertinya dia berhasil menemukan kunci yang dimaksud. Tidak langsung menghampiri Rostati ,Wahyudhi menuju gerbang sekolah, membiarkannya terbuka lebar dan menghampiri Rostati .
“Ayo kita ke pergi dari sini…” Katanya sambil membopong Rostati pindah ke bangku depan mobil. Rostati pun mengangguk kuat seakan kata-kata itulah yang ditunggunya sejak bel pulang sekolah berbunyi.. Wahyudhi menstater mobil dan meluncurkannya keluar dari pelataran sekolah menuju keramaian di luar sana.
“Kita ke dokter dulu ya Ros.. kamu harus periksa luka kamu…“ Wahyudhi menyarankan. “Apanya yang sakit?” tanya Wahyudhi kembali.
“Tadi perut aku sakit banget, but it’s ok now tapi My leg is killing me right now… gak tau, mungkin patah atau apa… hidung aku juga gak jelas patah ato e tidak …” jawab Rostati . Hal ini melegakan Wahyudhi Menandakan dengan menjawab itu berarti Rostati sudah tenang dan tidak marah kepadanya.
“Kok kamu bisa datang ke sini??“ Tanya Rostati tiba-tiba ditengah-tengah perjalanan mereka.
“Aku emang belum niat pulang… suntuk banget abisnya. Tadi pulang sekolah aku sengaja tunggu kamu di kios samping sekolah. Aku masih liat mobil kamu di parkiran… jadi aku tungguin aja sambil ngobrol sama si Gondrong yang jaga kios…““Trus, kok bisa masuk ke dalam kan ke kunci…?“ selidik Rostati tiba-tiba.
“aku manjat tembok…Aku emang niat belum pulang dulu sebelum liat kamu pulang trus selamat sampe rumah. Aku pikir kamu ada tugas penting di sekolah sampe lama belum pulang. Kirain juga kamu lagi ngerjain apa di Lab biologi ato di lab komputer gitu…“ “Sampe aku denger ada yang gedor-gedor gerbang trus denger kamu teriak minta tolong…“ “si Gondrong bilang itu cuma halusinasi aku aja karena aku kelewat khawatir and tergila-gila ama kamu…“ jadi aku ngecek sendiri ke sekolah, aku liat kamu udah mulai di tindihin sama si bangsat itu… jadi otak udah gak mikir panjang langsung aku manjat tembok…“ Gerutu Wahyudhi ke Rostati mengingat bagaimana gadis impiannya di perlakukan oleh Beny dan teman-temannya.
Rostati sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Dia sungguh takjub mendengar bahwa Wahyudhi setiap hari selalu memas Rostati nnya selamat sampai rumah sebelum dia sendiri pulang ke rumahnya. Entah apa yang akan terjadi kalau Beny tidak datang pada saat itu. Mengulur waktu sebelum Beny dan kawan-kawan memperoksanya? Toh akhirnya dia juga diperoksa beramai-ramai. Tetapi setidaknya dia memberikan sesuatu yang berharga miliknya kepada orang yang disayanginya. Dan perasaan lega ke Rostati dia mengetahui bahwa bukan Wahyudhi yang menjebaknya. Tetapi siapa? Ika? Tetapi kenapa Rica bisa setega itu? Salah apa dia sama Ika? Sesaat dia memikirkan bagaimana persahabatannya dengan Lailla Mungkin sekarang saatnya dia mengesampingkan persahabatan dan mulai mengutamakan perasaan hatinya. Mungkinkah akan bisa berlanjut?



Gara-gara Tampil Sexy dan Suka Pakai Rok Mini
8 Comments for "Gara-gara Tampil Sexy dan Suka Pakai Rok Mini"

http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/jk-minta-kpk-tuntaskan-kasus-dugaan.html
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/10-ciri-pria-sejati-yang-belum-banyak.html
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/jual-beli-wtp-berakhir-ott.html
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/pasukan-irak-berjuang-merebut-kantung.html
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/menohok-dialog-yang-membuat-pengemis.html

* Obat Aborsi Penggugur Kandungan,,
* what I have read on this page is enough to make me satisfied can menik die this article thanks greetings *

Halo Bos! Selamat Datang di ArenaDomino.com
Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino

INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

Halo Bos! Selamat Datang di ArenaDomino.com
Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino

INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

Back To Top